tab

Sabtu, 07 April 2012

Puisi Bebas

Merpati di Ujung Negeri
Oleh : Intan Permata dan Zulfia Asfi

Saat kaki ini melangkah di ujung negeri
Mata pun menatap elok pendar bintang
Diri ini terperangah saat menatap ke belakang
Desa permai di ujung negeri itu gelap gulita
Aku menatap mereka dengan heran
Mengapa ia tidak panik saat gelap gulita
Ternyata desa permai itu tidak ada penerangan

Alangkah mirisnya sanubari ini
Saat semua berlomba – lomba
Untuk menghambur – hamburkan listrik
Tapi desa di ujung negeri itu tidak diterangi listrik
Hanya bermodal mercusua tua dan mata
Butir – butir air mata itu kerap jatuh
Saat mereka mengingat perjuangannya
Berjuang menjaga dan mempertahankan Negara
Dari ancaman negeri tetangga
Yang hendak mengambil rumah dan tanah mereka
Nyiur disana nampak melambai – lambai
Saat mentari menyambut wajah – wajah penuh semangat
Para nelayan beranjak pergi ke pantai untuk melaut
Resiko yang merek hadapi bukan main – main
Serbuan militer asing sering membawanya
Terpenjara di sangkar besi
Bak burung yang tak dapat terbang bebas
Semua warga hilir mudik mencari bantuan untuknya
Namun pemerintah hanya duduk manja di kursinya
Tak melakukan suatu apapun
Duduk untuk meminta sepeser gaji
Bila ditanya kerjanya
Hanya menjawab semua baik – baik saja
Miris ketika melihat tragedi ini
Para merpati di ujung negeri itu
Hanya dianggap burung yang bertengger di pohon
Meminjam tempat agar ia tetap bernyawa
Sedang resiko yang dihadapi, bak melintasi
medan perang untuk mendapat kemerdekaan lagi
Hati ini lebih tersiksa saat mendengar
Mereka rela tinggal di ujung negeri
Demi menjaga wilayah Republik ini
Tanpa pamrih dan tanpa meminta sepeser uang
Saat gelap gelita itu masih banyak tabiat lain
Pendidikan di ujung negeri itu jarang terjamah
Jarang tenaga pendidik yang mau tinggal
Mereka harus berfikir dua kali
Tentang resiko dan keuntungan menetap
Jelas saja terpampang lebih banyak resiko,
Dibandingkan dengan keuntungan menetap
Tapi semua itu mereka jalani lapang dada
Hanya unutuk mengabdi pada nusa dan bangsa
Namun, para penguasa hanya bisa berpangku tangan
Berlomba – lomba menunjukkan amalnya
Uang yang digelontarkan untuk rakyat
Mereka gunakan untuk membangun rumah mewah
Mobil negara yang mahal dalam kenyataannya
Digunakan untuk kebutuhan pribadi
daripada kepentingan negara
Bekerja hanya duduk dan bicara
Tanpa perbuatan yang nyata
Kita harus maju, kita harus bangkit
Kita harus memperhatikan merpati di ujung negeri
Agar kita bisa perlihatkan pada dunia
Kita hidup sejahtera dan tercukupi
Kita harus maju, kita harus bangkit
Menyongsong masa depan yang cerah di bumi pertiwi

Tidak ada komentar:

Posting Komentar